Sebelum isa lahir, wilayah Yerusalem dijajah oleh imperium Romawi yang menganut kepercayaan Politeisme. Karena sebagai penduduk yang terjajah, bangsa Yahudi Essenes yang masih taat berpegang pada hukum-hukum Taurat Musa, tidak mampu mengembangkan ajaran agamanya di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan Yahudi Farisi dan Saduki menggunakan agamanya hanya dalam bentuk formalitas saja, dan perilaku hidupnya selalu menyalahi hukum-hukum Taurat.Ketika isa mendapat tugas menyampaikan risalah Tuhan, dia selalu memperingatkan penyelewengan Yahudi Farisi dan Saduki ini. Oleh karena itu dua kelompok ini sangat membenci isa dan berusaha membunuhnya.Untuk melaksanakan niat jahat itu, mereka menghasut penjajah Romawi, dengan mengatakan bahwa isa adalah tokoh pemberontak yang ingin menjadi Raja Yahudi, sekaligus ingin membebaskan bangsanya dari pendudukan imperium Romawi. Karenanya, dengan bantuan kedua kelompok Yahudi itu pun tentara Romawi berusaha menangkap isa dan memusnahkan pengikutnya.[1] Setelah isa diangkat ke langit, murid-murid isa mulai menyebarkan ajarannya secara meluas ke tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh oleh kepercayaan politeisme. Sehingga kemudian lahirlah dua kelompok penganut isa. Pertama, yang betul-betul mengikuti ajaran isa secara murni, yakni mereka yang berkeyakinan bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan isa, kendati hidupnya dipenuhi dengan berbagai keajaiban, adalah seorang manusia pilihan yang menjadi utusan Allah. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Kristen Unitarian. Kedua, mengikuti ajaran isa yang diajarkan oleh murid-muridnya, tetapi masih sulit meninggalkan kepercayaan politeisme yang sudah mendarah daging pada diri mereka. Akhirnya mereka mengkultuskan isa sebagai penyelamatnya, bahkan mengangkat isa menjadi Tuhannya. Kelompok ini dipelopori oleh Paulus (Saulus) yang kemudian dikenal dengan sebutan Kristen Trinitas.Proses lahirnya kepercayaan kelompok kedua ini sudah lama menjadi "masalah" di dalam sejarah perkembangan ajaran Yesus yang sampai kinipun masih dapat kita jumpai di berbagai penjuru dunia. Perjalanan kepercayaan Kristen Trinitas periode pertama mendapatkan tantangan hebat dari kelompok Kristen Unitarian. Namun karena dukungan dan pengaruh kuat imperium Romawi yang menganut kepercayaan politeisme, Kristen Trinitas dengan cepat menyebar luas ke berbagai wilayah, bahkan ke negara-negara taklukan tentara Romawi. Sementara itu, beribu-ribu penganut Unitarian pun telah diburu, ditangkapi, disiksa dan dibunuh. Adapun tokoh-tokoh Unitarian yang terkenal dalam sejarah kelam perkembangan ajaran Yesus ini di antaranya adalah:
Adapun tokoh-tokoh Unitarian yang terkenal dalam sejarah kelam perkembangan ajaran isa ini di antaranya adalah:
IRANAEUS (130-200 M)
Ketika Iraneus lahir, agama Kristen yang berpusat di Antiokia telah menyebar ke Afrika Utara sampai ke Spanyol dan Perancis selatan. Uskup Lyon yang bernama Pothinus pernah menyuruh Iranaeus membawakan surat petisinya ke Paus Eleutherus (174-189 M) di Roma. Dalam petisi itu, Pothinus memohon agar Paus menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang menolak doktrin Trinitas. Disaat Iranaeus masih berada di Roma, dia mendengarkan berita pertikaian antar kelompok Kristen yang mengakibatkan Uskup Pothinus terbunuh. Setelah pulang ke Lyon, dia menjadi uskup menggantikan Pothinus.
Tahun 190 M, dia menulis surat kepada Paus Victor-I (189-198 M) untuk menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang berbeda keyakinan. Kerusuhan antar kelompok terulang lagi, dan pada tahun 200 M, dia pun mati dibunuh oleh kelompok Trinitas yang dipelopori oleh Paus Victor.
Iranaeus meyakini bahwa isa bukanlah Tuhan, melainkan manusia biasa yang diutus oleh Tuhan. Dia melontarkan kritik tajam terhadap Paulus, dan menudingnya sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas penyusupan ajaran-ajaran politeisme yang sesat dalam ajaran isa. Dalam menyampaikan ajaran yang diyakininya, Iranaeus sering mengutip ayat-ayat yang termaktub dalam Injil Barnabas.[2]
Tertulian berasal dari Kartago, kemudian dia menjadi tokoh Gereja Afrika. Dia adalah seorang Unitarian yang mengidentikkan Yesus dengan Meisah dalam agama Yahudi. Beliau menentang Paus Calixtus (217-222 M) yang mengajarkan bahwa dosa besar itu bisa diampuni setelah melakukan taubat secara kanonik. Di antara pernyataan Tertulian yang masih tersimpan sampai sekarang adalah:
Mayoritas manusia berpendapat bahwa Yesus adalah manusia biasa. Dialah yang mula-mula memperkenalkan istilah Trinitas dari bahasa latin sewaktu membahas doktrin yang dipandangnya aneh itu. Sebab istilah seperti itu tidak pernah dijumpai dalam kitab suci.
Origen lahir di Iskandariah Mesir. Ayahnya, Leonidas, mendirikan Pusat Pendidikan Teologi, dan menunjuk Clement sebagai kepala Sekolahnya. Gereja Paulus (Trinitas) sangat membenci Leonidas, karena menganut ajaran Unitarian yang disebarkan oleh murid-murid Yesus (Apostolic Christianity), dan menolak ajaran-ajaran Paulus. Oleh karena itu pada tahun 208 M pihak Gereja Paulus membunuhnya. Peristiwa itu sangat menggores di hati Origen, dan ia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk menuntut kematian ayahnya, namun dicegah oleh ibunya.
Diodorus adalah uskup di Tarsus, kota kelahiran Paulus. Dia termasuk salah satu tokoh Kristen Antiokia. Perpendapatnya yang terkenal adalah:
Bahwa alam semesta ini selalu dalam perubahan. Dan dalam proses perubahan itu pasti ada periode awalnya yang berasal dari yang Maha Abadi dan Maha tidak Berubah. Yang Maha Abadi itulah sang Pencipta, Yang Maha Kuasa. Diodorus menegaskan, Yesus berkodrat manusiawi, baik ruhani maupun jasmani, dan sama sekali tidak memiliki kodrat Ilahi.
Di samping terkenal sebagai ahli teologi yang menguasai bahasa Ibrani dan Yunani, dia pun dikenal sebagai tokoh yang sangat taat kepada Allah. Dia berada di luar lingkungan Gereja sejak tahun 220 M sampai tahun 290 M. Kesalehan dan luasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengundang kekaguman banyak orang. Dari perguruan di Antiokia yang dipimpinnyalah kemudian lahir aliran Arianisme yang dicetuskan oleh salahseorang muridnya yang bernama Arius.
Dalam memahami kitab sucinya, dia berpegang pada penafsiran dari segi tata bahasa beserta pengertiannya secara lahiriah dan kritis. Dia menentang penafsiran yang diambil dari pengertian simbolik dan allegoris. Lucius berpendapat, adanya pertentangan paham yang sangat tajam di tubuh Gereja telah membuktikan bahwa orang-orang Kristen berpedoman pada ajaran yang bersumber dari tradisi tulisan dan mengesampingkan tradisi lisan. Padahal Yesus atau para muridnya tidak pernah mencatat ajaran isa. Sedangkan tradisi tulisan berasal dari orang-orang yang tidak pernah menjadi murid isa. Tragedi ini menunjukkan ajaran isa begitu cepat lenyap disebabkan kekacauan isi ajaran yang berkembang sampai penghujung abad ke-3 Masehi.Lucius merevisi Septuaginta, yakni naskah Alkitab berbahasa Yunani. Dia membuang sekian banyak perubahan-perubahan yang disisipkan ke dalam Alkitab, ketika disalin ke dalam bahasa Yunani. Dia berkeyakinan bahwa isa itu bukan Tuhan, melainkan hamba Allah. Namun karena tetap mempertahankan keyakinannya itu, maka dia pun ditangkap dan disiksa hingga menemui ajalnya pada tahun 312 M.
ARIUS (250-336 M)
Kehidupan Arius sangat erat kaitannya dengan Constantin, kaisar imperium Romawi. Sehingga kita tidak bisa memahami sejarah kehidupan salah satunya, tanpa memahami sosok satunya lagi. Kisah Constantin menaruh perhatiannya kepada gereja berawal dari kekhawatirannya terhadap posisinya di Roma. Kaisar ini merasa cemburu terhadap putra mahkota bernama Crispus. Putra ini sangat termashur, karena sosoknya yang menawan dan sikapnya yang ramah, disertai pula keberaniannya di medan pertempuran. Agar namanya tetap bertahan sebagai figur kaisar Romawi, dan tidak tenggelam oleh ketenaran nama putra mahkotanya, maka Constantin membunuh Crispus. Kematian Crispus menimbulkan duka rakyat Romawi. Dibalik pembunuhan itu, tersebar pula berita bahwa ibu tiri putra mahkota itu menginginkan putra kandungnya sendiri yang akan menjadi kaisar, sehingga dia berniat untuk menghabisi Crispus. Akhirnya Constantin menjatuhi hukuman mati kepada ibu tiri itu dengan membenamkannya ke dalam air mendidih.
Walaupun dia telah memberikan bantuan besar dan memeluk agama Kristen, tetapi dia belum pernah dibaptis, sebab pengaruh agama Paganisme yang menyembah dewa Yupiter dan dewa-dewi lainnya masih sangat dominan. Oleh karena itu Constantin bersikap menjaga keseimbangan. Adakalanya ia memperlihatkan diri seakan-akan sebagai pemuja dewa itu. Sikap seperti itu berlangsung cukup lama sampai meledaknya pertentangan di tubuh Kristen antara sekte Pauline Church (Gereja Paulus) yang menganut faham Trinitas dengan sekte Apostolic Church (Gereja Rasuli) yang menganut paham Unitarian.
Tokoh terkemuka sekte Unitarian waktu itu adalah Arius, salah seorang Dewan Gereja yang sangat terkenal dalam sejarah dunia Kristen. Dia lahir di Libya dan belajar di perguruan Antiokia yang dibina oleh Lucius. Ia merupakan kekuatan baru bagi Gereja Rasuli yang menghidupkan dan mempertahankan ajaran Yesus yang murni, dengan semboyan:
Ikutilah Yesus menurut yang diajarkan olehnya, dan tentanglah ajaran-ajaran Kristen yang diciptakan oleh Paulus.
Keagungan nama Arius pada masa itu dapat dilihat dari namanya yang hingga kini tetap disinonimkan dengan sekte Unitarianisme, yakni aliran yang meyakini bahwa satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah hamba dan utusan Allah.
Gereja Paulus menerima pukulan telak dari pihak Arius. Mereka mengakui, Arius bukan hanya seorang ahli perencana saja, melainkan juga sebagai orang yang jujur dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Pada saat Tradisi Lisan (oral tradition) yang mempertahankan ajaran isa mulai lumpuh, dibarengi dengan pemahaman Tradisi Tulisan semakin menyimpang jauh, maka Arius tampil dengan segala keberanian dan kegigihannya mempertahankan ajaran isa yang telah disampaikan oleh murid-muridnya secara murni, sekaligus menentang persekutuan antara Gereja dengan Kaisar Constantin.
"Jika Yesus itu sebagai anak Tuhan, berarti Allah harus ada terlebih dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada Yesus, harus ada jarak waktu. Dalam jarak waktu itu yesus belum ada. Dengan demikian sudah pasti, bahwa Yesus itu dicipta oleh Allah dari esensi yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu Yesus tidak sama dengan Allah ."
Kalangan Gereja Trinitas merasa terjungkal. Patriarch Alexander mengundang dewan gereja untuk mempersoalkan pendapat Arius itu. Sekitar seratus uskup dari Mesir dan Libya menghadiri undangan itu untuk meminta pertanggungjawaban dari Arius. Untuk mempertahankan keyakinannya, Arius mengajukan argumentasi yang semakin sulit dibantah sebagai berikut:
Ada suatu masa, yang di dalam masa itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka dia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi. Karena Yesus itu makhluk, maka dia termasuk obyek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah Tuhan.
Disamping menggunakan logika, dia pun mengukuhkan argumentasinya dengan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk membantah doktrin Trinistas seperti:
"jika Yesus sendiri telah mengatakan: Tuhan lebih besar dari pada aku. (Matius 14:28), lalu bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama? Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci."
Pendapat Arius ini tidak bisa dibantah oleh semua uskup yang hadir pada sidang itu. Tetapi Patriarch Alexander, dengan menggunakan kekuasaan jabatannya, akhirnya menjatuhkan vonis Hukuman "Pengucilan Gereja" terhadap Arius!
Sampai sekarang kita masih dapat melihat surat Arius yang dikirim kepada Eusebius Constantinopel setelah dia dijatuhi hukuman pengucilan dari Alexander. Di antara surat-surat itu berbunyi:
Meski demikian, catatan-catatan mengenai pertentangan keyakinan yang sangat tajam kala itu tidak banyak lagi ditemui sekarang ini. Sebab ratusan, bahkan mungkin ribuan, dokumen dan segala bentuk catatan yang dianggap "membahayakan" kepentingan ajaran Trinitas telah disita, dimusnahkan, atau disembunyikan. Surat-surat yang masih selamat, menunjukkan Arius tetap gigih mempertahankan ajaran Yesus yang murni, yang bebas dari perubahan, dan sama sekali tidak menghendaki perpecahan dalam Kristen. Sedangkan kumpulan surat-surat Alexander memperlihatkan penggunaan bahasa yang tidak santun terhadap Arius dan para pendukungnya. Di antara surat-surat itu Alexander pernah menulis sebagai berikut:
Surat yang bernada kasar itu membangkitkan kemarahan Eusebius. Beliau mengundang uskup-uskup wilayah timur untuk menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Pertemuan para uskup itu menghasilkan keputusan untuk mengirim surat pada seluruh uskup wilayah timur dan barat, agar mendesak Patrirrch Alexander mencabut hukuman yang dijatuhkannya kepada Arius.
Sementara itu terjadi persengketaan antara Constantin dengan saudara iparnya, Lucianus, yang menguasai wilayah Tracia. Dalam pertempuran tahun 324 M. Lucianus tewas. Dan karena dia termasuk pendukung Arius, kematiannya mengakibatkan posisi Arius mengalami kemunduran.
Sebaliknya, mereka kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan pendapatnya, apalagi harus menggunakan argumentasi-argumentasi yang menuntut logika. Oleh karena itu, pada akhirnya mereka harus memilih salah satu dari dua pilihan, bertahan pada keyakinannya secara diam-diam, atau menyetujui apa saja yang diputuskan oleh pemimpin sidang.
Wakil-wakil dari pihak Gereja Paulus (yang berusaha memaksakan Trinitas) ternyata mampu menunjukkan dua oknum, yakni Allah Bapa dan Allah Anak (Yesus). Namun tidak berdaya untuk mencari dalil dari Alkitab bahwa Roh Kudus itu adalah salah satu dari oknum Tuhan.
Para uskup didikan Lucian seperti Arius, dengan mudah menyudutkan pihak Gereja Paulus dari masalah satu ke persoalan yang lain dalam Trinitas. Pihak Unitarian mengakui bahwa di dalam Alkitab, Yesus selalu menyembah Allah dan tidak pernah menyebut dirinya Tuhan. tetapi mereka juga menunjukkan kepada lawannya sabda Yesus yang berbunyi:
"Dan janganlah kamu memanggil Tuhan kepada seorang pun di dunia ini, karena hanya satu saja Tuhan kamu, yaitu yang ada di Sorga." (Matius 23:9)
Kelompok Trinitas tidak mampu mematahkan argumentasi para Unitarian, sebab kepercayaan terhadap doktrin Trinitas yang mereka yakini tidak berdasarkan pada kitab Injil. Dengan susah payah mereka berusaha membuktikan bahwa Bibel telah menyatakan Yesus itu bayangan Allah yang Maha Benar. Namun para Unitarian menjawab:
Perdebatan dalam sidang semakin meruncing, dan semua pihak merasa pesimis terhadap hasil sidang itu. Ujungnya, masing-masing pihak pun saling mengharapkan dukungan kaisar yang memegang keputusan akhir. Constantia adik kaisar Constantin adalah penganut faham Unitarian, memberitahu Eusebius Nicodemia bahwa kaisar ingin mempersatukan gereja, sebab perpecahan akan membahayakan kekaisaran. Jika tidak tercapai persetujuan dan kesamaan keyakinan, sangat mungkin kaisar akan kehilangan kesabaran dan menarik seluruh dukungannya kepada gereja, dan ini akan mengakibatkan kepentingan agama Kristen menjadi lebih memprihatinkan daripada sebelumnya.
Sementara itu, pendukung Trinitas yang menyadari dukungan Constantin terhadap Gereja Paulus dapat menambah kekuasaan mereka, bahkan sekaligus dapat pula dimanfaatkan untuk mengakhiri pengaruh Gereja Rasuli (Unitarian) di Afrika Utara dengan cara-cara represif, (menggunakan kekuatan militer imperium Romawi), segera menentukan sikap. Gereja Paulus menyetujui perubahan-perubahan pada agama Kristen! Dan karena pemujaan kepada Dewa Matahari sudah menjadi tradisi bangsa Romawi kala itu, sedangkan kaisar dipandang sebagai perwujudan dari Dewa Matahari, maka gereja Paulus pun menyusun rumusan sebagai berikut:
2.Hari kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
3.Lambang Dewa Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambang agama Kristen.
4.Untuk menyatukan upacara ritual bagi Dewa Matahari dan Yesus, patung Dewa Matahari pada salib diganti dengan patung Yesus.
Kaisar merasa puas, karena jurang perbedaan di antara pemeluk Kristen dan Pagan yang dianut oleh bangsa Romawi kala itu dengan sendirinya dapat diakhiri. Akhirnya Trinitas pun diterima dengan suara terbanyak sebagai keyakinan resmi dalam agama Kristen. Pengertian Keesaan Tuhan dalam bahasa Yesus telah berubah maknanya setelah disalin ulang ke dalam tatanan bahasa filsafat Neo-Platonisme yang dikenal dengan Mystic Trinity. Setelah perubahan pengertian keesaan Tuhan diterima oleh suara terbanyak, langkah perumusan ajaran Kristen selanjutnya pun semakin jauh menyimpang dari ajaran Yesus yang sebenarnya. [4] Rumusan Credo Nicea yang dikenal sampai saat ini adalah rumusan yang ditandatangani oleh peserta konsili yang ketika itu mendapatkan dukungan penuh dari kaisar Constantin. Sementara itu, karena Arius menolak mengakui keputusan konsili tersebut, maka diumumkanlah Anathema (kutukan) terhadap ajaran Arius sebagai berikut:
Arius sendiri sejak tahun 325 M telah dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah di pulau kecil sekitar selat Bosporus. Walau demikian, bukannya mereda, perdebatan dan pertikaian antara dua kelompok ini malah semakin meruncing di berbagai wilayah kekuasaan Romawi. Hanya Athanasius yang masih mematuhi keputusan tersebut, sedangkan para pendukungnya sendiri diliputi kebingungan menghadapi berkecamuknya berbagai pertentangan ini.
Sabinas, uskup tertua dari kristen unitarian di Thracia mengatakan :
"yang hadir dalam konsili Nicea itu adalah kumpulan orang dungu yang bodoh! Keputusan Konsili itu hanya disahkan oleh orang-orang tolol yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali dalam masalah yang mereka putuskan."
"yang hadir dalam konsili Nicea itu adalah kumpulan orang dungu yang bodoh! Keputusan Konsili itu hanya disahkan oleh orang-orang tolol yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali dalam masalah yang mereka putuskan."
Para uskup kemudian melanjutkan sidang di Yerusalem dan mengukuhkan kutukan terhadap Athanasius serta menerima Arius kembali ke pangkuan gereja. Constantin mengundang Arius dan Eusebius ke Constantinopel. Perdamaian antara Arius dan kaisar terjalin baik, dan para uskup akhirnya menjatuhkan kutukan kepada Athanasius.
Pada saat ajaran isa tercampur aduk dengan kepercayaan-kepercayaan pagan dan politeisme, sehingga ajaran Kristen yang asli semakin kabur, maka Arius dengan segala keberanian dan ketabahan hatinya, tampil mempertahankan kemurnian akidah tauhid.Pada hakikatnya agama wahyu (samawi) yang dibawa oleh isa mengajarkan Tauhid, atau keesaan Tuhan. Tetapi perkembangan berikutnya telah menyeret banyak pengikut-pengikutnya ke dalam kemerosotan Tauhid yang menyebabkan mereka secara sadar, atau tidak sadar, melanggar berbagai ajaran isa. Kondisi keimanan mereka semakin memburuk, dan pada akhirnya membawa mereka semakin jauh terperosok ke dalam keyakinan Politeisme yang tidak pernah diajarkan oleh isa sendiri. Kisah di atas semakin meyakinkan kita bahwa Islam telah mengajarkan kepada pengikutnya untuk berpegang teguh pada agama Tauhid, agama yang tegas-tegas menyatakan bahwa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah, agama yang mengakui para Nabi dan Rasul sejak Adam, Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, dan seterusnya - hingga Muhammad, adalah utusan Allah. Mereka diutus untuk menyampaikan risalahnya kepada umat manusia, agar manusia mengenal jalan lurus yang diridhai-Nya untuk, pada saatnya nanti, kembali dengan selamat kepada-Nya!
[www.syahidah.web.id]
0 komentar:
Posting Komentar